Pada tahun 1852, gempa bumi sepanjang 5 menit melanda wilayah Banda Arc di Indonesia yang dirasakan di sebagian besar wilayah Indonesia. Hal ini menyebabkan pengangkatan pulau-pulau baru dan mengirimkan tsunami melintasi Laut Banda yang mencapai ketinggian 8 m di Banda Neira dan juga tercatat di Ambon, Saparua dan pulau-pulau lainnya. Catatan gempa tahun 1852 di berbagai lokasi memberikan kendala yang diperlukan untuk merekonstruksi peristiwa bencana tersebut melalui pemodelan numerik menggunakan Clawpack. Ketinggian tsunami di berbagai lokasi merupakan pengamatan utama yang kami gunakan untuk menguji hasil pemodelan. Model yang paling cocok menunjukkan bahwa gempa tersebut kemungkinan besar merupakan peristiwa megathrust di sepanjang Palung Tanimbar >Mw 8.4. Setidaknya 10-15 m regangan elastis telah terakumulasi di sepanjang Tanimbar sejak peristiwa tahun 1852, yang cukup untuk menyebabkan gempa bumi dengan ukuran yang sama dengan yang terjadi pada tahun 1852. Namun, 10 kali lebih banyak orang di wilayah tersebut yang terpapar bahaya tsunami dibandingkan sebelumnya. (Sumber : https://link.springer.com/article/10.1007/s11069-016-2345-6 )
Sumber Pemberitaan Media Asing dalam Bahasa Inggris yang di terjemahkan otomatis seperti pada Gambar Pemberitaan berikut ini
Sumber BMKG menyebut Kejadian Gempa Megatrusth yang diikuti Tsunami ini memiliki Tinggi 14,5 meter dengan Jumlah Korban Jiwa 60 orang. Tinggi air di Ambon di perkirakan sekitar 8 m sedangkan di Banda Neira 2 m.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar