Review Aktivitas Titik Api KarHutla di Indonesia

Selama Bulan September 2023 ini,,, Aktivitas Kebakaran Lahan/Hutan di Kawasan Sumatera sedikit Meningkat dibandingkan Bulan-Bulan Sebelumnya. Peningkatan tersebut menyebabkan Jumlah Titik Api di Sumatera semakin dekat dengan Jumlah Titik Api KALIMANTAN dan tidak seperti biasanya.

Salah satu Area Pemusatan titik Api di Sumatera Selatan Minggu, 17 September 2023 Yang dekat Perkebunan dan Bekas Area Terbakar Sebelumnya

Sepanjang Bulan Agustus Tahun 2023 Wilayah Kalimantan Memproduksi 4.125 titik Api, sementara Sumatera baru 409.
Sementara Sepanjang Bulan September 2023 Jumlah titik Api di kawasan KALIMANTAN adalah 1.610 titik sementara Jumlah titik Api di kawasan SUMATERA 786 titik

Jumlah Titik Api Periode 2013 - 2023 saat berita ini ditulis mencapai Puncak record Jumlah terbanyak di KALIMANTAN yakni 33.623 titik Api dan Sumatera 24.483 titik di Tahun 2015 Namun diredam ditahun 2016 dan kembali naik di tahun 2019 sebelum ditekan oleh pemerintah ditahun 2020.

Dari Sejak 2020 Jumlah Titik Api terutama di Sumatera dan Kalimantan cenderung Stabil, Namun di Tahun 2023 ini ada kecenderungan titik Api di KALIMANTAN mulai tampak kembali Naik.

hingga berita ini ditulis, Data Layanan Titik Api ASEAN menunjukan bahwa sudah terdapat 8.476 titik Api sepanjang Tahun 2023 di KALIMANTAN dan 2.262 titik api di SUMATERA ini dan masih akan terus bertambah hingga Akhir Tahun 2023.

Aktivitas Kebakaran Lahan dan Hutan (Karhutla) di Kalimantan dan Sumatera sering dikeluhkan negara Tetangga akibat Kabut asap kebakaran yang menyebabkan penurunan kualitas Udara di negara-negara tersebut.
Plot Area Sebaran Kabut Asap Berdasarkan citra satelit, asap terdeteksi di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Semenanjung Malaysia, Serawak Malaysia dan Singapura. pada data Pencitraan Himawari tanggal 17 September 2019 Pukul 12.00 WIB

Tidak sedikit Andil dari Investasi Perkebunan menjadi Sumber Utama Alih fungsi Hutan yang menurunkan Daya Dukung Lingkungan Hidup masyarakat setempat dari lahan yang dibakar. Masyarakat Pemilik Lahan yang terlibat kerjasama juga memiliki kesadaran rendah bahwa yang lebih diuntungkan adalah para investor dan bukan pemilik lahan. Pada Akhirnya Lahan yang tidak produktif lagi akan ditinggalkan investor setelah lahan tersebut tidak produktif dan tidak begitu menguntungkan lagi. yang pada Akhirnya hanyalah sebuah lahan Tandus tak terurus yang Luas bekas perkebunan yang akan menjadi sumber Bencana baru bagi masyarakat sekitar seperti Longsor, gerakan Tanah, keparahan Banjir dan Ancaman Bencana Lainnya.
Hubungan Antara KarHutla, Arah Angin, Plot Sebaran kabut Asap Kebakaran dan Kualitas Udara di Sumatera dalam Data Real Time saat berita ini ditulis
Dari Data Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia diketahui Daftar 5 teratas provinsi dengan Luas Lahan Terbakar terbesar di Indonesia seperti Pada Grafik

Dioleh Penulis berdasarkan Data Resmi yang diakses di KLHK RI

Tren kasus kematian akibat Polusi Udara dalam data Global memang mengalami penurunan di Tahun 2019 seiring penurunan Grafik kebakaran Hutan dan Lahan (banding Grafik diatas)
Meski demikian kasus kematian Akibat Partikel Polutan Udara Luar Ruangan 2019 di Indonesia menunjukan data agak meningkat di tahun-tahun sebelumnya
 
Diperlukan kebijakan terukur Untuk menekan paparan masyarakat dari pertikel Polutan PM 2.5 dan PM 10 Guna menurunkan kasus kematian akibat Polusi Kebakaran lahan dan hutan ataupun kematian Langsung dari KarHutla tersebut, termasuk Ekosistem Hewan dan Tumbuhan yang terdampak negatif akibat aktivitas kebakaran lahan dan Hutan yang dilakukan.

Kesadaran Bersama bahwa Keseimbangan Alam di dalam proses berkelanjutan dari pembangunan adalah 2 hal yang tidak boleh terpisahkan. Keseimbangan-kesimbangan itulah yang harus di jaga dan diperliharan kelestariannya agar, anak cucu kita bisa menikmati Alam dalam Pembangunan yang Sehat dan Bersih udaranya sebagai sebuah Bangsa yang Beradab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar