Banda Detachment Sebagai Ancaman Gempa dan Tsunami Masa Depan di Maluku


R
iset yang terbit di jurnal The Geological Society of America, patahan pada Banda Detachment tersebut diklaim termasuk yang terbesar yang ada di dunia. Patahan Banda berada dalam zona Lubuk Weber di kedalaman 7,2 km. Panjang patahan mencapai 450 km.

Detil Morfologi Bawah Laut Palung Banda / Banda Detachment

Kerak pada Banda Detachment  

yang lebih besar dari negara Belgia ataupun Tasmania dengan terkoyak oleh patahan dengan ukuran sepanjang 120 kilometer dan 450 kilometer. Jurang tersebut terletak pada zona patahan yang terbentuk dari tumbukan lempeng raksasa (megathrust) Australia dan Asia.

Dengan menganalisis peta resolusi tinggi dari dasar Laut Banda. Dari analisis yang dilakukan peneliti Australian National University dan geolog Department of Earth Sciences Royal Holloway University of London, tim menemukan batuan yang menjadi lantai Laut Banda dipotong oleh ratusan kelurusan akibat aktivitas patahan. Simulasi peneliti menyatakan Patahan Banda meliputi area 60 ribu km2.

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono, mengatakan, keberadaan Palung Laut Banda yang dikenal sebagai Deep Weber ini sebenarnya sudah lama dikenali oleh para ahli kebumian. Palung ini terbentuk akibat dinamika tektonik pada lajur tunjaman pada subduksi Banda.

Batimetri Busur Banda menunjukan garis hitam adalah Zona Benioff (Hall et. al 2017)

 

Jonathan Pownall Peneliti utama dari Australia National University (ANU) mengatakan, penemuan jurang tersebut akan memberikan prediksi bagi peneliti atas bahaya tsunami di sekitarnya di masa depan.

Catatan sejarah gempa bumi BMKG, di Laut Banda sudah pernah terjadi gempa dahsyat beberapa kali yaitu 1918 dengan magnitudo 8,1 Skala Ritcher, kemudian 1938 (M=8,6), 1950 (M=8,1),1956 (M=7,5), dan 1963 (M=8,2). 

Kita tidak pernah terfikir Bagaimana Tsunami yang dihasilkan akibat Longsoran bawah laut di Tebing Banda detachment ini. Tapi kita harus memikirkan potensinya hari ini dan Melakukan Tindakan Mitigasi Bencana di Masa depan. Kita juga Harus mengingat Peristiwa Tenggelamnya sebagian Desa/Daratan di Pesisir Selatan Seram di masa lalu akibat Morfologi bawah laut seperti tampak pada gambar tersebut tentu saja untuk Kembali melakukan Kajian Mendalam tenang Bahaya yang mengancam kita !

Catatan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), pada 1674 terjadi tsunami dengan gelombang tertinggi 100 meter dan menewaskan lebih dari 2.200 orang. Dalam terbitan lembaga British Geological Survey berjudul A Provisional Catalogue of Historical Earthquakes in Indonesia (2012), sebuah gempa hebat berdampak destruktif juga pernah melanda Kepulauan Banda pada Oktober 1683. Dampak pascaperistiwa itu disebut-sebut berlangsung selama setahun kemudian. Tsunami dengan dampak mematikan juga terulang pada 1899 dengan kekuatan gempa 7,8 SR dan memakan korban hampir 2.500 jiwa. Adapun gempa terbesar di Laut Banda pernah terjadi pada 1852 dengan kekuatan 8,3 SR.






Lihat Juga Artikel serupa terkait 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar