Kelas Bencana Jehensa Semuel Makatita Pantau Gempa Pantau Hujan Cek Gempa Cek Cuaca Geografi Kebumian Astronomi Aplikasi Excel Jehensa Semuel Makatita Pantau Bencana Pantau Negeri Geografi Kebumian Astronomi Aplikasi Excel Jehensa Semuel Makatita


DESKRIPSI UMUM PERSONAL WEB INI

Jehensa Semuel Makatita, Gr adalah salah satu Guru GEOGRAFI SMA di Timur Indonesia yang jauh dari akses kota madya atau kota provinsi yang Menyadari terbatasnya sumber belajar peserta didik ditengah Pembelajaran Abad 21 saat ini dan derasnya arus Informasi, dengan Pendekatan Pembelajaran Baru "Pembelajaran Berbasis Web".

Website ini dikembangkan untuk menjembatani kebutuhan Informasi baik : GEOGRAFI, KEBUMIAN, ASTRONOMI, TUTORIAL, PENDIDIKAN, FOTOGRAFI, TREND INFO PUBLIK

FITUR UNGGULAN

INFORMASI PANTAU KEBENCANAAN dalam Membentuk para Pembaca Adaptasi Kebiasaan Baru (Siaga dan Tanggap Bencana)

D U K U N G A N

Semoga web ini memberikan manfaat bagi para siswa dan Pembaca Umum Yang Menyadari Pentingnya Informasi Kebencanaan.

Ikuti kami Sahabat Melalui Web, Twitter, Facebook dan YouTube Channel GEOSIDE kami...
Akses terus website kami agar kami selalu mengembangkannya sesuai kebutuhan Sahabat dan Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya

Mengenal Sesar Palu Koro dan Ancamannya

Sesar Palu-Koro atau sistem sesar Palu-Koro merupakan suatu sistem zona patahan sesar mendatar mengkiri besar aktif yang memanjang dari utara-barat laut ke selatan-tenggara di pulau Sulawesi di Indonesia. Sesar tersebut memanjang dari dekat Dondowa, Kabupaten Luwu Utara, di selatan, di mana itu bertemu Sesar Matano. Sesar tersebut memanjang terus ke utara, lepas pantai melewati Teluk Palu dan melintas di sisi barat Semenanjung Minahasa, sebelum akhirnya bertemu dengan Zona Subduksi Sulawesi Utara. Meskipun ini adalah sesar mendatar (Sesar Geser), ada beberapa titik di mana sesar tersebut bergerak tegak lurus. Dekat kota Palu, sesar ini membentuk sisi barat Cekungan Palu, suatu cekungan tarik terpisah kecil yang berkembang sejalan sistem sesar.  

Interpretasi Kelurusan di sepanjang lembah Palu – Koro (garis warna merah muda), dari Teluk Palu hingga Teluk Bone berdasarkan analisis data citra SRTM. (Supartoyo, 2014)

Sesar ini membatasi dua mikroblok besar yang membentuk Pulau Sulawesi - blok Sula Utara dan Blok Makassar. 

Saat ini laju pergerakan di sepanjang Sesar Palu-Koro diperkirakan berada di kisaran 30-40 mm per tahun, dibandingkan dengan laju rata-rata 40-50 mm per tahun selama kurun waktu 5 juta tahun terakhir.

Jenis pergerakan sesar Palu-Koro telah banyak diteliti oleh beberapa ahli diantaranya Bammelen (1970) dan Katili (1978) setuju bahwa bagian utara sesar didominasi gerakan vertikal, sedangkan bagian selatannya oleh gerakan horizontal mengiri, juga membentuk beberapa tinggian dan rendahan diantaranya rendahan-rendahan yang terbentuk oleh sesar Palu-Koro yang dapat dikenali sebagai Danau Matano, Danau Poso, dan lembah Palu.

Sesar ini menjadi salah satu Sesar Paling sering terjadi Gempa Signifikan

Peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,4 Mw diikuti dengan tsunami yang melanda pantai barat Pulau SulawesiIndonesia, bagian utara pada tanggal 28 September 2018, pukul 18.02 WITA. Pusat gempa berada di 26 km utara Donggala dan 80 km barat laut kota Palu dengan kedalaman 10 km.
Guncangan gempa bumi dirasakan di Kabupaten DonggalaKota PaluKabupaten Parigi MoutongKabupaten SigiKabupaten PosoKabupaten TolitoliKabupaten Mamuju bahkan hingga Kota SamarindaKota Balikpapan, dan Kota Makassar. Gempa memicu tsunami hingga ketinggian 5 meter di Kota Palu.
Kenampakan Kota Tenggara Palu Sebelum dan Sesudah Tsunami 28 September 2018. likuifaksi Hampir menelan hampir seluruh rumah warga  di Petobo.

Sesar ini merupakan sesar yang teraktif di Sulawesi, dan bisa pula disenut paling aktif di Indonesia dengan pergerakan 7 cm pertahun. Sesar yang diteliti di LIPI baru sampai sesar darat. Sedangkan sesar di laut sama sekali nihil dari penelitian.
Gempa bumi ini dinyatakan berpotensi tsunami oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sehingga dikeluarkan peringatan dini tsunami untuk wilayah pesisir pantai Kabupaten Donggala, Kota Palu dan sebagian pesisir utara Kabupaten Mamuju. Tsunami diprediksi memiliki ketinggian 0,5 – 3 meter dengan waktu tiba di Kota Palu pukul 18.22 WITA. Pukul 18.27 WITA terjadi kenaikan air muka laut 6 cm di pesisir Kabupaten Mamuju. 
Menurut BNPB, tsunami ini sebabnya adalah adanya kelongsoran sedimen dalam laut yang mencapai 200-300 meter. 
Gambar ini menunjukan Penampang vertikal bawah Laut di Kawasan Palu

Sutopo Purwo Nugroho, pihak Humas BNPB lebih lanjut menyatakan bahwa sendimen tersebut belum terkonsolidasi dengan kuat sehingga ketika diguncang gempa terjadi longsor. Di lain tempat selain Donggala, adanya gempa lokal yang membuat tsunami tak sebesar di Donggala. Di Teluk Palu yang jaraknya lebih dekat dengan pusat gempa diperkirakan terlebih dahulu mengalami tsunami setinggi 1,5 meter. Pukul 18.37 WITA, BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami akibat gempa ini. 
Fakta terbaru menyebut bahwa titik tertinggi tsunami tercatat 11,3 meter, terjadi di Desa Tondo, Palu Timur, Kota Palu. Sedangkan titik terendah tsunami tercatat 2,2 meter, terjadi di Desa Mapaga, Kabupaten Donggala. Baik di titik tertinggi maupun titik terendah, tsunami menerjang pantai, menghantam permukiman, hingga gedung-gedung dan fasilitas umum.
Hasil Riset Pemetaan Ketinggian tsunami di kawasan Teluk Palu Pasca kejadian Tsunami


Area Dugaan Longsoran bawah Teluk Palu akibat gempa penyebab Liquifaksi dan memperburuk Tsunami

Kajian data satelit Pasca Gempa danTsunami Palu menunjukkan pergeresan sekitar 3-5 meter, bahkan mungkin 12 meter.

Ada hal menarik ternyata pergerakan yang terekam dari satelit ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan Gempa Palu September 2018 ini disebabkan oleh pecahan baru dari Patahan Palu-Koro. Atau patahan lama yang belum terpetakan selama ini karena tertutup oleh sedimen yang muda.


Patahan Palu Koro selama ini dipetakan sebagai patahan yang memiliki arah NNW-SSE atau Utara Barat Laut – Selatan Tenggara. Patahan ini memanjang terus sampai ke Selatan dan ke Timur bahkan sampai ke Matano di pantai Timur Pulau Sulawesi.

Berikut ini Merupakan beberapa Gempa besar yang pernah terjadi di sekitar Jalur Sesar PaluKoro ini
  1. 1 Desember 1927. Ini adalah gempa paling tua di sesar Palu Koro. Gempa saat itu berkekuatan 6,5 SR yang disusul tsunami. Korba meninggal mencapai 14 ornag.
  2. 30 Januari 1930. Gempa terjadi di pantai barat Kabupaten Donggala. Tak tercatat berapa kekuatan gempa saat itu. Namun menurut Sutopo, gempa menyebabkan tsunami setinggi dua meter.
  3. 14 Agustus 1938. Gempa terjadi dengan kekuatan 6 SR di Teluk Tambu, Kabupaten Donggala. Saat itu gempa menimbulkan tsunami setinggi 8-10 meter di pantai barat Donggala. Sebanyak 200 orang meninggal dan 790 rumah rusak akibat gempa dan tsunami itu. "Seluruh desa di pesisir pantai barat Donggala hampir tenggelam,".
  4. 1 Januari 1996. Gempa dengan kekuatan 7,4 SR berpusat di selat Makassar mengakibatkan tsunami di pantai barat Kabupaten Donggala dan Toli-Toli. Masih pada tahun 1996  gempa terjadi di Desa Bankir, Tonggolobibi dan Donggala mengakibatkan sembilan orang tewas dan bangunan rusak parah. Gempa juga menyebabkan tsunami dengan ketinggian gelombang 3,4 meter menyapu hingga 300 meter ke daratan.
  5. 11 Oktober 1998. Kabupaten Donggala kembali digoncang gempa dengan kekuatan 5,5 SR. "Ratusan bangunan rusak parah akibat gempa,".
  6. 24 Januari 2005. Gempa Donggala berkekuatan 6,2 SR. Pusat gempa terletak di 16 km arah tenggara Kota Palu. Akibatnya, 100 rumah rusak, satu orang meninggal dan empat orang luka-luka.
  7. 17 November 2008. Gempa dengan kekuatan 7,7 SR di Laut Sulawesi dan mengguncang Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah dan menelan empat korban jiwa.
  8. 18 Agustus 2012. Gempa menguncang Kabupaten Sigi dengan kekuatan 6,2 SR. Delapan orang meninggal dan tiga kecamatan terisolir.

'>Bagikan Info Ini Pada Sahabat Anda !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemantau Cuaca dan Gelombang

Update Erupsi Gunung Api Sepanjang 2023

Breaking News Hari Ini Di Facebook

Hot News Terkini di Instagram

Info Tik Tok