- La Nina
La
Nina terjadi apabila arus udara dan arus air laut saling memperkuat sehingga
angin pasat bertiup dengan kencang. Angin pasat yang bertiup kencang
menyebabkan air laut hangat mengalir ke arah barat. Akibatnya, wilayah barat,
yaitu wilayah bagian Asia, Australia, dan Afrika mengalami musim hujan sangat
lebat. Sebaliknya, wilayah Amerika Selatan mengalami kekeringan hebat sedangkan
Indonesia La Nina menyebabkan Banjir parah dimana-mana sehingga membatasi aktivitas
masyarakat akibat curah hujan melampaui curah hujan normal. La Nina akan
menyebabkan hujan yang berlebihan yang mengakibatkan bencana banjir, longsor,
dan berbagai kerusakan lingkungan. Namun di perairan Maluku-Halmahera dan utara
Papua ikan tuna akan melimpah.
Sumber gambar : https://geo-media.blogspot.com
Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 mengungkapkan bahwa La-Nina telah terjadi sebanyak 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali).
ü El
Nino
Link gambar : https://geographunp.wordpress.com
Pada
pola cuaca yang normal, angin timur di Samudra Pasifik bertiup ke barat dan
mendorong air laut hangat ke permukaan. Akibatnya, air laut di bagian barat
samudra lebih hangat 2° C dan lebih tinggi 40 cm. Di bagian timur samudra, air
laut dingin menggantikan air laut hangat. Keadaan ini menyebabkan udara lembap
hangat naik di bagian barat dengan membawa uap air dan menimbulkan hujan.
Sedang udara di bagian timur yang kering dan dingin turun dan bertiup di pantai
Amerika selatan. Keadaan ini menyebabkan angin pasat yang kaya uap air dan
berpotensi mendatangkan banyak hujan tidak sampai wilayah Asia dan Australia,
sehingga menimbulkan kekeringan hebat di wilayah Indonesia termasuk yang
berdampak pada kekeringan, krisis air bersih dan gagal panen
El
Niño saat ini mulai mempengaruhi Indonesia pada bulan Maret 2015, mencapai
tingkat El Niño terkuat pada bulan Juli sebelum memuncak pada bulan Desember
2015. Efek El Niño termasuk curah hujan yang lebih rendah, khususnya di
Kalimantan Tengah dan Selatan, Sumatera bagian selatan, Jawa, Sulawesi dan
Papua; berkurangnya panen ketiga di beberapa daerah; kebakaran musiman di
Kalimantan Tengah dan Selatan, Sumatera bagian selatan, Jawa, Sulawesi dan
Papua bagian selatan. Kebakaran ini tak terkendali sepanjang September dan
Oktober, menyelimuti Indonesia dengan tingkat asap yang berbahaya selama
beberapa minggu dan mempengaruhi produksi kelapa sawit dan karet.
Hubungan
Suhu air laut dengan La Nina dan El Nino terhadap dapat dilihat pada Pencitaan
NOAA berikut :
Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 mengungkapkan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali).
La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar